in

Holes (Lubang)

Lubang-lubang itu ada di sana, dan itu jelas bukan pori-pori. Berikutnya aku melihat lubang itu… aku terkejut dan merasa ngeri. Aku menghitung lima belas.. Dan tampaknya masih ada tiga lagi. Bentuk keseluruhan yang menyerupai sarang lebah itu menjadi semakin jelas. Aku menatapnya selama berjam-jam.

Menggerakkan kakiku ke sana dan ke sini, melihat bagaimana lubang-lubang itu akan bereaksi. Sepertinya lubang-lubang itu sedikit merapat jika aku berdiri. Seolah-olah.. Merapat.. Karena tidak bisa menahan berat tubuhku. Aku pergi ke kamar, merasa gelisah, tetapi tidak yakin mengapa. Aku menulis di kertas, “Telepon dokter dan ceritakan tentang betismu, SEKARANG”, namun, ketika aku melihatnya lagi, tulisan itu sudah dicoret, tertutup oleh tinta hitam yang tebal.

Ketika aku terbangun keesokan harinya, aku merasakan sensasi yang aneh pada betisku. Berayun turun dari tempat tidur, aku melirik spreiku, ada bekas cairan berwarna kekuningan yang sudah terserap pada sprei, tepat dimana betisku tadi berada. Residu itu tampak lengket, hampir seperti lendir.

Area di sekitar lubang itu mengkilap, dan kulitku juga dilapisi lendir itu. Aku menghitung… dan menemukan.. Tiga puluh empat…  Aku berusaha untuk tidak muntah saat melihatnya. Sensasi itu muncul lagi.. Kali ini lebih tidak nyaman dari sebelumnya. Dengan cepat, aku mengambil senter dan mencoba untuk melihat apakah itu… tapi aku masih tidak bisa melihat sampai ke dalam lubang sialan itu. Aku pun mencari sesuatu… apapun… benda yang tipis.. Dan panjang.

Aku menyadari, ketika aku berjalan kaki kiriku tampak sedikit tenggelam saat berat tubuhku menekannya. Seperti per yang mendapatkan tekanan. Setelah menemukan jarum yang tipis.. Dengan berhati-hati, aku memasukkannya ke dalam salah satu lubang itu… perlahan.. Agar aku tidak menusuk diriku secara tidak sengaja.

Saat jarum itu masuk lebih dalam, cairan berwarna kuning keemasan itu mengalir keluar. Lalu itu menjadi semakin kental dan alirannya semakin cepat, ketika jarum ku masuk lebih dalam. Akhirnya, jarum ku berhenti, namun.. Aku tidak bisa merasakan ujungnya. Aku bisa merasakan sisi jarum ku.. Hanya itu. Aku mendorongnya lebih dalam, dan merasakan.. Ada sesuatu yang menggeliat.

Perlahan.. Sangat perlahan.. Aku menarik jarum itu keluar dari betisku, menyeret lebih banyak lendir yang menjijikan itu bersamanya. Bau tipis dari buah yang busuk mulai tercium.. Busuk, tetapi dengan aroma yang juga manis. Ketika jarum itu keluar dari betisku, aku tersentak, dan muntah. Pada bagian ujung jarum, ada seekor.. Cacing hitam kecil, menggeliat hampir mati.

Saat aku melihat makhluk yang telah hidup di dalam kakiku ini menggeliat, aku menyadari sensasi itu. Sensasi yang muncul dari setiap lubang tersebut. Ada sesuatu dalam setiap lubang itu. Sesuatu yang bersembunyi, di dalam setiap lubang. Tubuhku langsung berdenyut.. Bergetar, saat aku berusaha untuk tidak muntah lagi. Aku menatap makhluk kecil yang sekarat itu.

Tidak bisa memalingkan pandanganku. Tidak ada waktu. Tidak ada waktu untuk berpikir, harus bertindak. Aku pun berjalan ke dapur, mengambil sebuah pisau yang tajam.. Lalu duduk.. Dan mulai bekerja.

Pertama-tama, aku memotong sebuah kantong kulit kecil, membuat lubang-lubang itu menjadi satu. Kemudian aku menggali makhluk-makhluk kecil itu… satu persatu. Semakin dalam aku menggali, semakin banyak yang ku temukan. Darah mulai mengalir dengan bebas.. Dan memenuhi lubang yang ku buat. Aku menyeret kakiku ke kamar mandi.. Berjalan dengan pincang.

What do you think?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Blind Maiden Website (Situs Web Blind Maiden)

Mom, I’m Stuck in a Tree (Ibu, Aku Tersangkut di Atas Pohon)