Setahun yang lalu aku kehilangan teman baikku. Mereka bilang, penyebabnya adalah serangan jantung. Dan dia berteriak meminta tolong. Satu tahun yang lalu aku menerima email ini. Robi ingin kau membacanya. Aku harap kau sempat menghubungiku.
Aku merindukanmu, Rob.
—
Kawan, aku harap kau menerima ini. Aku harap semua ini hanyalah sebuah kegilaan semata, tapi kalau tidak, kalau sesuatu terjadi padaku atau besok kau tidak mendengar kabar dariku, aku ingin kau pergi ke kantor polisi dan memperlihatkan email ini. Katakan pada mereka kalau mereka salah. Dan, kalau kau bisa, tolong sampaikan email ini ke banyak orang, sebanyak mungkin.
Ini bukanlah lelucon; setidaknya menurutku bukan. Aku tidak mempermainkanmu; Aku bersumpah atas semua yang aku sayangi kalau ini bukanlah lelucon. Kalau kau mendapatkan email ini, aku telah berpikir untuk menghubungimu, tapi aku harap ini semua akan berakhir pagi ini. Aku harap ini hanyalah sesuatu yang spesial mengenai malam ini. Dan kalau memang seperti itu, kumohon untuk lupakan itu atau ejeklah aku, aku tidak peduli.
Aku duduk di tempat makan milik Walker dekat jalan tol, satu-satunya yang masih buka dan tetap sibuk sepanjang malam, karena hal terakhir yang aku inginkan adalah kembali ke jalanan.
Kau tahu, aku bahkan tidak percaya pada Tuhan, tapi setiap beberapa menit aku menutup mataku dan berdoa agar ini semua cepat berakhir.
Kata polisi aku pasti berhalusinasi dan, sejujurnya, sekarang pun aku berpikir seperti itu. Mereka memeriksa rumahku, dua diantara mereka menggenggam tasers. Kemudian mereka kembali keluar, tertawa, memegang sebuah rambut palsu berwarna abu-abu yang panjang dan bergelombang.
Aku bersumpah aku tidak sedang memakai narkoba, aku hanya minum segelas eggnog dengan teman-temanku, hanya itu. Aku tidak memakai apapun.
“Inilah wanita tuamu,” kata mereka, “seseorang meletakkannya di atas cerek. “
Mereka melempar wig itu ke arahku. Aku melompat ke belakang dan benda itu jatuh ke lantai.
Seorang wanita tua. Aku melaporkan kalau aku melihatnya, aku pikir aku memang melihatnya.
—-
Aku selesai bekerja sekitar pukul 10:40 malam. Yang lainnya pergi keluar bersama, tapi aku merasa lapar dan hanya ingin pulang ke rumah untuk menghangatkan pie labu yang ibuku buat sebelum dia pergi melakukan trip. Ada banyak anak kecil pada jalanan kecil yang mengarah ke pusat perbelanjaan, mereka berteriak “Trick or Treat” padaku, seolah-olah aku adalah seorang siswa yang membawa tas laptop penuh dengan permen. Jadi aku merasa senang ketika aku sampai di jalan Mayflower dan tak ada anak-anak di sana.
Aku merasa senang karena jalanan itu sepi. Aku berjalan dengan santai, menendang beberapa sampah dan sebuah bundelan kaos yang terbakar di jalanan. Sebelumnya, aku merasa sangat santai, tapi ketika aku berjalan melewati sebuah rumah… Sebuah rumah yang terbakar sekitar satu atau dua tahun yang lalu, dimana atapnya sudah benar-benar hilang. Nomor 31.
Aku bahkan tidak melihat ke arah rumah itu dan tidak mendekatinya. Namun, ketika aku sudah hampir melewati setengah rumah itu, tiba-tiba aku merasa merinding, seperti ada laba-laba yang melompat ke arah leherku dan jatuh ke arah tulang punggungku. Seolah-olah ada seseorang yang memperhatikanku.
Dan aku bersumpah, ada seorang wanita yang memperhatikanku jendela itu.
Sepertinya aku melompat dua langkah kemudian tersadar dan mengatakan pada diriku sendiri kalau dia hanyalah seorang wanita yang hidup di lantai dasar dan entah bagaimana lantai dasar itu pasti masih bisa digunakan. Ketika aku melihat ke belakang dia masih ada di situ, rambut kelabu, kulit putih dan mata yang lebih putih.
Kakiku melangkah dan aku rasa itu adalah langkah tercepat yang pernah ku lakukan. Aku kembali tenang ketika aku berbelok menuju jalan Wayward.
Namun rasa merinding itu masih berjalan melewati tulang belakangku dan rasa takut itu tidak pernah hilang. Ketika aku menyadari bahwa jalan Wayward kosong, aku langsung mempercepat langkahku.
Mungkin sekitar jam 11 malam kamu mendapatkan sejumlah panggilan tak terjawab dariku.