in

Nomor 31

Dengar, ini adalah malam paling sibuk dari  sepanjang tahun. Tidak mungkin jalan Wayward kosong pada jam 11. 

Tapi sebagian besar lampu di sana mati. Dan setiap kali aku melewati jendela yang gelap aku merasakan sensasi dingin dan getaran lainnya melewati tubuhku. 

Kemudian aku melewati nomor 31. 

Ketika aku berbalik, dia ada di sana. 

Giginya yang hancur, terbuka lebar, tanpa bibir. 

Dan mata itu. Demi Tuhan, mata itu, seputih susu; dan berkaca seperti layaknya mata orang buta, namun mata itu tetap terfokus ke arahku. 

Aku pun mulai berlari.

Aku bersumpah aku melihatnya di banyak jendela. Jangan tanyakan padaku di jalan apa atau nomor berapa, tapi demi Tuhan dia ada di sana, tak peduli secepat apa aku berlari, dia ada di sana, menatap ke arahku dan terkadang menatapku sebelum aku sampai di rumah. 

Demi apapun, aku bersumpah tak ada seorang pun di jalanan.  Tidak seorang pun. Hanya jalanan yang gelap dan terkadang lampu jalan atau lampu lalu lintas, aku dan dia. 

Untuk sesaat, ketika aku berbelok ke arah jalanan sekitar rumahku, aku merasa aman. Ada seorang wanita dengan gaun bunga yang mendorong kereta bayi. Dia berjalan ke arahku, dan seketika aku langsung merasa tenang. 

Aku berpindah ke sisi rumah untuk membiarkannya lewat. Dia menundukkan kepala, dan rambut hitamnya menjuntai menutupi wajah.

Mereka berjalan tanpa sepatah katapun; bahkan tanpa suara. Serius, ketika memikirkannya sekarang, langkahnya bahkan tidak membuat suara sama sekali; bahkan tak ada suara berderak yang biasanya dibuat oleh kereta dorong. 

Saat mereka melewati ku; tepat ketika mereka berada di belakangku, perasaan dingin yang mencekam dan perasaan merinding itu kembali. 

Dan ketika aku berbalik mereka sudah tidak ada. 

Sebagai gantinya, wanita itu menatap ke arahku dari dalam jendela rumah, tidak lebih dari satu meter di depanku,  disertai dengan senyuman yang sangat lebar. 

Aku berlari secepat mungkin dan kupikir aku melihatnya di setiap jendela. 

Sampai aku tiba di rumah orang tuaku. 

Ketika aku melihat bahwa dia tidak ada di jendela dapur aku berlari ke arah pintu dan memasukkan kunci ke dalam lubang kunci. 

Tepat ketika aku memutar kunci aku kembali melihatnya. 

Wajahnya menempel pada jendela kecil di pintu, tepat di depan wajahku. 

Aku berlari ke sudut dan menghubungi polisi. Mungkin aku harusnya aku melakukan hal itu tadi, tapi apa yang harus aku sampaikan pada mereka ?

“Ada seorang wanita tua mengejarku.”

Mereka pasti akan menertawakanku. 

Yang bisa aku ingat adalah berteriak ke arah telepon dan mengatakan ada seorang wanita tua di dalam rumahku. 

Mereka datang lima menit kemudian. Dan keluar 10 menit kemudian, dengan rambut palsu yang mereka lemparkan ke arahku. 

“Itu bukan dia.” Kataku. “Dia benar-benar nyata”

“Itu hanyalah lelucon,” kata salah satu dari mereka. “Katakan pada temanmu bahwa mereka melakukannya dengan baik.” 

“Aku serius, “Kata ku. “Ini bukanlah lelucon”

Aku katakan pada mereka bahwa aku orang terakhir di rumah itu; bahwa tak ada temanku yang memiliki kunci; bahwa ibuku sedang melakukan trip; bahwa aku adalah orang terakhir yang menyentuh cerek tersebut dan jelas tak ada rambut palsu ketika aku membuat teh di pagi hari. 

“Tentu,” katanya. “Tapi ada pekerjaan yang harus kami kerjakan. Dan perbaiki nomormu. 

Dia menunjuk ke arah nomor rumah kami. 

Kami tinggal di nomor 13.

Nomor 1 dan 3 tertukar. 

Mereka bilang aku harus kembali masuk ke dalam, minum air dan menonton televisi untuk menenangkan saraf ku. Mereka berjalan begitu saja ketika aku berdiri di luar rumah, sambil memohon pada mereka untuk tinggal atau bawa aku bersama mereka. 

What do you think?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *