in

The Room at the Bottom of the Stairs (Ruangan di Bawah Tangga)

Aku yakin banyak dari kalian yang berpikir kalau kalian akan tetap pergi dari rumah itu. Aku bisa mengerti, tetapi, lebih dari tekad kami untuk merebut kembali rumah tersebut dari makhluk apapun yang ada di sana, kami memang sudah tidak mampu untuk pindah, bahkan jika kami mau sekalipun. Kami hanya memiliki dua pilihan — Bertahan, atau menjadi gelandangan — Jadi, kami bertahan.

Kami menikmati beberapa hari yang tenang dan damai. Tetapi, ketika kami beripikir kalau solusi sederhana yang kami lakukan itu berhasil… Aku diserang.

Aku tidak tahu mengapa makhluk itu mengincarku. Ya, secara fisik aku memang yang paling kecil ,dan aku tahu kalau secara tradisional, kejadian poltergeist selalu dihubungkan dengan anak remaja yang lebih muda.. Namun sebenarnya aku tidak benar-benar tahu. Mungkin itu terjadi secara acak. Mungkin akulah yang paling lemah. Mungkin aku tidak akan pernah tahu jawabannya.

Apapun itu, sebaiknya aku kembali dengan ceritaku. Seperti yang ibu katakan, dia melapis cat itu satu kali lagi setelah hari pertama. Sekitar dua atau tiga hari setelah itu, di tengah malam… itu merupakan kejadian yang paling mengerikan yang pernah terjadi dalam hidupku.

Kejadian itu terjadi begitu larut, mungkin sekitar jam 3. Aku terbangun dari tidurku yang lelap. Aku berbaring, melihat ke arah plafon, dan masih berada di antara mimpi dan terbangun. Secara samar-samar, aku bertanya-tanya apa yang membuatku terbangun. Kemudian, setelah beberapa detik berlalu, aku pun sadar.. Kalau aku.. Tidak sendirian.

Sampai sekarang, aku tidak bisa mengingat apapun tentang mereka. Mereka hanyalah semacam sosok gelap mirip manusia.. tetapi tampak kabur. Ada sekitar delapan atau sembilan dari mereka yang berdiri membentuk setengah lingkaran di kaki tempat tidurku.

Mungkin kamu berpikir kalau mereka hanyalah bayangan yang aneh atau semacam ilusi optik. Namun, ketika mereka melihatku terbangun, mereka membungkuk ke depan dan aku bisa mendengar suara desisan dari nafas mereka.

Begitulah, aku pun benar-benar terbangun dan insting pertahanan alam bawah sadar ku pun beraksi. Sesuatu di dalam diriku merasakan bahaya dan menyuruhku untuk melempar selimutku dan mulai berlari. Tapi, mereka bisa merasakannya. Sebelum aku bisa mengambil ujung selimutku, tangan-tangan yang dingin menahanku.

Aku bisa merasakan mereka mencengkram pergelangan kaki, tangan dan pundakku dengan tekanan yang menyakitkan. Meski tubuhku dilapisi dua kain, sentuhan mereka yang dingin tembus sampai ke kulitku.

Kemudian, ada pria itu. Dia membungkuk ke arahku, berdiri di bagian kepala tempat tidurku. Meskipun itu merupakan hal yang mustahil. Bagian kepala tempat tidur ku bersandar di tembok, jadi tidak mungkin ada orang yang bisa berdiri di sana. Namun, dia ada di sana. Membungkuk ke arah ku. Tidak seperti yang lain, dia.. tidak sepenuhnya gelap. Wajahnya tampak kabur dan pucat, dan di bagian matanya, terdapat cahaya berwarna merah gelap seperti bara rokok.

What do you think?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Wanita Di Dalam Oven

A Woman in the Oven (Wanita Di Dalam Oven)

The Final Victim (Korban Terakhir)