Seorang wanita tanpa karir yang akan segera menjadi janda, tentu memiliki keuangan yang terbatas. Jadi kami harus memindahkan semua barang sendiri. Itu adalah hari yang panjang dan sangat melelahkan, tetapi juga merupakan hari yang indah. Kami merasa bebas. Kami tahu kalau kami telah meninggalkan pria itu.
Sebagian besar dari barang-barang kami berada di unit yang disewa ibu, dan kami tinggal di apartemen Bella, adik dari ibu, suaminya bernama Steve, kami tinggal di sana selama beberapa bulan. Apartemen mereka sudah cukup kecil untuk mereka berdua, dan ditambah tiga orang lagi, itu menjadi sangat sempit.
Rencana ibu cukup sederhana – mendapatkan pekerjaan, pekerjaan apapun, kemudian sebuah tempat yang bisa kami sewa. Namun peluang kerja untuk seorang janda berumur empat puluhan yang sudah tidak bekerja selama hampir 20 tahun tidaklah bagus.
Untungnya, pemerintah memberikan dana bantuan. Ditambah dengan penghasilan Joey dari pekerjaannya di akhir pekan sebagai asisten greenskeeper di lapangan golf sekitar, kami akhirnya memiliki uang yang cukup untuk pindah ke tempat yang sangat murah. Sebenarnya, alasan kami pindah bukan hanya karena sempit.
Ibu tidak banyak membicarakannya, tapi dia tahu kalau ayah mengetahui alamat apartemen adiknya. Ada beberapa waktu dimana telepon akan berdering di tengah malam dan si penelpon akan menutup teleponnya tanpa mengatakan apapun, jadi ibu mulai cemas.
Keberuntungan kami datang di saat yang sangat pas. Ibu mendapatkan interview pekerjaan untuk posisi admin kantor, dan interviewnya berjalan dengan sangat baik (orang yang menginterview ibu adalah wanita tua yang simpatis, dan ibu berkata jujur tentang alasan mengapa dia mencari pekerjaan), kemudian dalam perjalanan pulang, ibu melihat papan “disewakan”.
Ibuku adalah orang yang sangat spiritual. Dia tidak memeluk satu agama, yah bisa dibilang gabungan dari semua itu. Jadi dia merasa begitu yakin kalau itu adalah sebuah pertanda. Dia langsung turun di perhentian bus terdekat dan berlari kembali untuk melihat rumah yang disewakan.
Ya, itu adalah sebuah rumah, bukan rumah petak atau apartemen. Sebagian besar orang yang berada di posisi ibuku pasti akan mengabaikannya, menduga kalau harga sewanya pasti diluar kemampuan mereka, tapi ibuku adalah orang yang sangat teliti.
Jalan yang dilaluinya membentang di sepanjang semacam bukit, di antara dua bukit. Rumah itu berada di sisi jalan yang menanjak, bersarang di lereng yang cukup curam. Karenanya, halaman belakang dari rumah itu jauh lebih tinggi dari jalan, dan pintu belakangnya sejajar dengan lantai atas dari bagian depan rumah.
Ibuku melihat bagian luar dari rumah tersebut. Plesteran di atas bata yang dicat dengan warna krem itu terlihat sudah lusuh. Bangunannya dipenuhi kotoran, tapi bisa dengan mudah dibersihkan menggunakan air dan sapu. Namun, fakta kalau tidak ada orang yang membersihkannya membuat ibu yakin kalau rumah itu sudah lama tidak ditinggali.