in

The Room at the Bottom of the Stairs (Ruangan di Bawah Tangga)

Ibu kemudian melihat lebih jelas papan “disewakan” yang berayun pada kotak surat di halaman depan. Ya, itu juga terlihat sudah usang. Kemudian ibu langsung mencatat nomor teleponnya dan hampir berlari kembali ke halte bus.

Instingnya tidak salah: agen yang di telepon oleh ibu mengakui kalau rumah itu telah kosong selama beberapa bulan, dan sang pemilik sudah tidak sabar untuk ada orang yang mengisinya. Mengejutkannya, harga sewa yang mereka minta begitu rendah, dan sesuai dengan anggaran kami. 

Jadi, ibu berhasil mendapatkan rumah sewa dan pekerjaan baru di hari yang sama. Kami semua berpikir kalau masalah kami sudah selesai.

Tentunya kami salah, atau aku tidak akan ada disini untuk bercerita bukan?

Rumah ini sebenarnya rumah yang cukup bagus, punya banyak kamar untuk kami bertiga. Kami mengeluarkan seluruh barang kami dari unit penyimpanan dan masih ada beberapa ruangan kosong yang tersisa. Untuk waktu yang lama, aku dan Joey berbagi kamar. Rasanya cukup aneh pada saat pertama kali aku mendapatkan kamar pribadi. 

Penghuni rumah yang sebelumnya, meninggalkan beberapa barang. Ada sebuah lemari pakaian yang besar di kamarku, dan koleksi pakaianku yang minim bahkan tidak bisa mengisi setengah dari lemari tersebut.

Dalam beberapa minggu pertama, kami mampir ke tempat-tempat yang menjual frunitur bekas dan membeli beberapa barang yang masih bagus dengan harga murah, termasuk sebuah meja belajar, untuk ku mengerjakan pekerjaan sekolah. Namun, ada satu hal yang membuat rumah ini tidak sempurna, ruangan di bawah tangga. 

Di lantai satu, terdapat sebuah ruang keluarga, dapur, sebuah walk-in pantry, dan ada koridor pendek yang menghubungkan ruangan-ruangan tersebut.Tangga yang mengarah ke kamar tidur disatukan dengan dapur, bukannya ruang keluarga. Namun ada juga tangga pendek ke arah bawah, yang bercabang dari koridor pendek antara dapur dan ruang keluarga.

Sebenarnya tidak bisa dibilang sebagai tangga, karena itu hanya memiliki sekitar delapan anak tangga. Tangga itu mengarah ke bagian lereng, bisa dibilang semacam gudang bawah tanah atau sebuah basement. 

Anak tangganya berakhir di depan sebuah pintu. Sebuah pintu interior sederhana yang dicat berwarna krem, hanya saja ada orang yang menggambar mata Horus yang besar, menggunakan tinta hitam di pintu itu. Hal itu cukup mengganggu ku. 

Ketika kamu berjalan melewati lorong, kamu melihat mata hitam yang besar itu memandang ke arahmu. Ibu bilang kalau itu hanyalah sebuah ruang penyimpanan yang berisi beberapa barang milik tuan rumah, jadi dia tidak memiliki kunci ruangan tersebut.

What do you think?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Wanita Di Dalam Oven

A Woman in the Oven (Wanita Di Dalam Oven)

The Final Victim (Korban Terakhir)