in

The Room at the Bottom of the Stairs (Ruangan di Bawah Tangga)

Meskipun aku penasaran – yah pada saat itu aku baru berusia 14 tahun – Aku merasa sedikit senang karena kami tidak bisa membukanya. Mata hitam yang besar itu membuatku merinding.

Untukku, hal yang paling aneh terjadi di satu sore setelah aku pulang dari sekolah. Waktu itu aku sendirian di rumah, karena ibu sedang bekerja dan Joey berada di kampus. Aku berjalan melewati tangga itu dan menuju ke dapur. Aku terkejut ketika melihat pintu dari ruangan di bawah tangga itu terbuka, dan lampu di dalamnya menyala. 

Dari atas, aku tidak bisa melihat apa yang ada di dalam ruangan itu selain potongan karpet berwarna merah tua. Jadi aku berteriak, bertanya apakah ada orang di bawah sana. Karena tidak mendapatkan jawaban… dengan gugup aku merangkak ke bawah dan mengintip ke dalam ruangan tersebut.

Tidak ada apapun yang disimpan di dalam sana. Ruangan itu benar-benar kosong, sebuah ruangan sempit berbentuk persegi panjang, yang membentang jauh di bawah lereng bukit. Ruangan itu bukanlah gudang yang kotor dengan lantai beton seperti yang ku bayangkan. 

Lantainya ditutupi oleh karpet mahal berwarna merah, dan diterangi oleh dua pasang lampu tabung yang panjang, seperti yang biasa kamu lihat pada plafon rumah sakit atau sekolah.

Namun, hal yang paling memikat adalah lukisannya. Ternyata gambar mata pada pintu itu hanyalah bagian kecil dari karyanya, dan siapapun yang membuatnya adalah seniman yang hebat. 

Aku tidak tahu sarana apa yang digunakannya, tapi tintanya berwarna hitam pekat, dan seluruh garisnya rata dan halus. Itu terlihat seperti digambar menggunakan semacam spidol berujung lancip, seperti safir, tapi apapun itu, gambarnya begitu teliti. Tidak ada satupun garis yang bengkok dan tidak ada koreksi yang dilakukannya.

Gambar itu dibuat dengan indah, namun mengganggu. Sesuai dengan mata Horus, aku bisa melihat beberapa figur lain dari mitologi Mesir, seperti Set dan Anubis yang terletak diantara latar aneh, menggabungkan arsitektur monumental dengan suasana natural seperti hutan dan padang pasir. 

Terdapat juga beberapa gambar manusia telanjang, dan wajah mereka sepertinya menunjukkan antara ekspresi teror atau gairah seksual.. Bahkan, mungkin gabungan dari keduanya. Efek dari gabungan pemandangan itu sangatlah mengganggu.

Kamu mungkin berpikir kalau seorang anak berusia 14 tahun akan terangsang dengan gambaran yang begitu mendetail dari tubuh telanjang.. Tapi aku malah merinding dan bulu-bulu di tubuhku langsung berdiri.

What do you think?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Wanita Di Dalam Oven

A Woman in the Oven (Wanita Di Dalam Oven)

The Final Victim (Korban Terakhir)