Tanpa mematikan lampu atau menutup pintu, aku langsung berlari ke atas dan berbelok ke dapur untuk menenangkan diriku dengan sebuah snack. Saat tanganku hendak menyentuh pintu kulkas, aku mendengar suara pintu dibanting dengan keras. Sekarang dengan sangat ketakutan, aku merangkak kembali ke koridor dan melihat ke bawah tangga.
Pintunya tertutup, dan sekali lagi mata itu memandang ke arahku. Aku berusaha menenangkan diri, mengatakan kepada diriku kalau itu adalah angin, namun aku tahu betul kalau ruangan basement itu tidak memiliki jendela ataupun ventilasi. Jadi tidak mungkin ada angin yang bisa menutup pintu tersebut.
Ternyata, kejadian aneh dialami oleh kami semua, namun kami terlalu malu untuk membicarakannya. Aku rasa, mungkin itu sebuah mekanisme pertahanan diri untuk orang-orang yang pernah merasakan kekerasan dalam keluarga. Ketika sedang stres, kami menjadi lebih tertutup, menyimpan rahasia kami sendiri.
Kemudian, setelah kejadian-kejadian lain terjadi, ibuku menceritakan kalau dia mendapat semacam pengunjung di malam hari.
Ibuku adalah orang yang hobi membaca, dia juga adalah manusia malam, jadi sering kali dia akan tetap terjaga sampai menjelang subuh, membaca apapun yang menarik perhatiannya. Kalau tidak salah, saat itu dia sedang membaca novel-novel milik Agatha Christie.
Beberapa kali, dia mendengar suara-suara kecil, sesuatu yang terdengar seperti langkah kaki pelan, pada genteng di bagian atap di atas kepalanya (seperti kaki yang memiliki cakar dari makhluk kecil). Dia menganggap itu hanyalah ulah binatang, katakan saja burung atau semacamnya, tetapi bunyi itu semakin keras setelah beberapa minggu.
Yang terburuk terjadi pada satu malam, mungkin setelah sekitar dua atau tiga bulan kami pindah ke rumah itu. Bunyi-bunyian dari atap itu muncul beberapa kali dalam seminggu selama lebih dari satu bulan.
Pada saat itu ibu masih mengabaikannya. Namun, pada malam itu, sepertinya bunyi tersebut semakin mengganggu, seperti ingin mendapatkan perhatian dari ibu. Ibu mendengar bunyi itu berderak turun dari atap ke selokan, kemudian sepertinya bunyi itu berhenti.
Kamar ibu berada di lantai atas pada bagian depan rumah, dan terdapat sebuah jendela besar yang menjorok ke luar, dengan pemandangan yang luas ke jalan di bawah. Beberapa menit setelah bunyi-bunyian di atap berhenti, sesuatu mulai mengetuk jendela secara perlahan.
Ibu mengatakan padaku, kalau itu terdengar seperti seseorang mengetukkan kukunya secara perlahan pada kaca, seperti ketika anak laki-laki mencoba untuk membangunkan perempuan dengan hati-hati agar orang tuanya tidak mendengar.